Ekspedisi Pembela Lautan 2019: Pulau Kondingareng Keke Terancam “Hilang”

Pulau Kondingareng Keke merupakan salah satu pulau tak berpenghuni di gugusan Spermonde dengan luas sekitar 8774 m2, terletak di sebelah barat Kota Makassar dengan jarak 13,48 km [1].

Pulau ini wajib masuk wishlist para pelancong yang akan datang berkunjung ke Kota Angin Mamiri ini karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari pesisir Kota Makassar.

Untuk mencapai pulau ini dapat menggunakan kapal motor sewaan dengan waktu tempuh ± 30 menit  dari dermaga kayu Bangkoa atau dari Anjungan Pantai Losari.

Pulau Kondingareng Keke menawarkan panorama alam yang sangat memikat, khususnya bagi para pecinta alam bawah laut dengan hamparan pasir putihnya berpadu antara pasir halus dan pecahan karang halus dan gradasi warna biru lautnya.

Bila berkunjung ke pulau ini, kalian akan merasa seperti berada di private island. Namun, dibalik paduan harmonisasi panorama alamnya yang memikat ini terdapat masalah lingkungan yang luput dari pengamatan dan cenderung diabaikan, yakni abrasi pantai.
Pulau Kondingareng Keke. / Foto: Novita Indri

Dari 81 ribu kilometer bibir pantai yang dimiliki Indonesia, 40 persen diantaranya rusak karena abrasi. Penyebab abrasi dapat disebabkan karena bencana alam yang mengancam pesisir dan pulau-pulau kecil.

Contohnya, seperti gelombang besar, pasang laut luar biasa, sedimentasi pantai, angin badai, gempa bumi, selain itu abrasi dapat juga disebabkan oleh faktor manusia maupun kombinasi keduanya [2].

Pulau Kondingareng Keke. / Foto: Novita Indri

Faktor yang paling berpengaruh dalam proses abrasi yang terjadi di Pulau Kondingareng Keke adalah gelombang, gelombang berperan menghantam dan menghancurkan terumbu karang serta mengangkut hasil erosi dan menyebarkannya [3].

Faktor alam ini akan menjadi mimpi buruk yang jadi kenyataan bagi Indonesia yang sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan laut dan terkhusus bagi pemerintah Sulawesi Selatan bila tidak segera mengambil tindakan.

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan ?

1. Pelindung alami pantai

Cara yang bisa dilakukan adalah dengan penanaman pohon-pohon sebagai pelindung alami pantai. Saat mengunjungi pulau Kondingareng Keke akan terlihat beberapa jenis tumbuhan seperti pohon, semak, mangrove dan perdu, namun jumlahnya masih kurang.

2. Bangunan pelindung pantai

Bangunan pelindung pantai merupakan salah satu cara alternative yang dapat digunakan untuk melindungi pantai dari kerusakan akibat kekuatan asal laut seperti gelombang dan arus. Lalu apakah ini cukup?

(Lokasi: Pulau Kondingareng Keke)

3. Keterpaduan

Keterpaduan yang dimaksud yakni; keterpaduan stakeholder dan keterpaduan disiplin ilmu. Stakeholder harus berperan aktif dalam menyusun perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan harus saling perpadu antar stakeholder.

Selain itu karena keunikan karakteristik di wilayah pesisir sehingga diperlukan juga perhatian antar berbagai disiplin ilmu sehingga mampu mengoptimalkan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang dilihat dari berbagai sudut pandang keilmuan [4].

Beberapa cara yang ditawarkan mungkin terkesan sulit dilakukan oleh individual dan melawan faktor alam, akan tetapi kita (stakeholder, akademisi, dan masyarakat) secara bersama-sama dapat melakukan suatu upaya untuk mencegah Pulau Kondingareng Keke ini “hilang” dengan berbagai cara.

Harapannya, dalam beberapa puluh tahun lagi Pulau Kondingareng Keke masih tetap ada terhampar diatas permadi biru dibawah langit khatulistiwa ini.***

Baca juga: Ekspedisi Pembela Lautan 2019: Terumbu Karang Spermonde Rusak Akibat Bom dan Bius

Editor : Annisa Dian Ndari

Sumber:

[1] https://www.pu.go.id/berita/view/1050/bibir-pantai-indonesia-rawan-abrasi diakses pada tanggal 15 September 2019

[2] Sirajuddin, Haerany, Safri Burhanuddin dan Sumbangan Baja. 2008. Analisis Perubahan Morfologi Pulau Kondingareng Keke Berdasarkan Interpretasi Citra Landsat dan Spot. Makassar: Universitas Hasanuddin

[3] Sirajuddin, Haerany, Safri Burhanuddin dan Sumbangan Baja. 2008. Analisis Perubahan Morfologi Pulau Kondingareng Keke Berdasarkan Interpretasi Citra Landsat dan Spot. Makassar: Universitas Hasanuddin

[4] Santosa, Langgeng Wahyu. 2015. Kajian Erosi Pantai Di Kawasan Pantai Muarareja Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan