Lentera Kisik: Cahaya di Tengah Gelapnya Kondisi Laut Plawangan

Tak dapat dipungkiri, laut menjadi sebuah tempat pemasok segala kebutuhan manusia. Mulai dari penyedia bahan makanan, mata pencaharian masyarakat, wisata bahari, sampai pemasok terbesar oksigen di bumi ini.

Segudang kegunaan itu, membuat manusia tidak dapat hidup tanpa laut dan sangat bergantung kepadanya. Walaupun begitu, masih banyak dijumpai manusia yang masih serakah dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian laut.

Faktanya, setiap tahun banyak ditemui artikel atau berita yang tidak mengenakkan di media massa mengenai laut. Baik laut yang kumuh akibat sampah, air lautnya yang tercemar limbah pabrik, atupun kasus tumpahnya minyak. Hal tersebut, sangatlah miris karena begitu jahatnya kaum manusia, dimana disatu sisi hidupnya bergantung dari laut tapi disisi lain mereka malah merusaknya.

Sungguh, hal ini membuat seolah manusia tak mempunyai rasa terima kasih terhadap alam yang memberikan segala sumber kehidupan. Apabila tindakan ini terus dibiarkan, maka laut akan terancam keadaanya. Padahal, jika dijaga dengan baik laut dapat memberikan keuntungan baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Oleh karena itu, tidak heran banyak kumpulan pemuda yang masih memiliki rasa peduli dan kekhawatiran mengenai kelangsungan sumber daya laut membentuk komunitas-komunitas peduli laut guna meregenerasi dan mengoptimalkan lingkungan laut yang telah dirusak oleh tangan-tangan jahil.

Dari sekian banyak kumpulan pemuda tersebut, Komunitas Lenteras Kisik Plawangan menjadi salah satu diantaranya.

lentera kisik
Kegiatan komunitas Letera Kisik, Plawangan. / Foto: Akun Istagram lentera_kisik

Komunitas Lentera Kisik adalah sebuah komunitas yang berada di Desa Plawangan, Kragan, Jawa Tengah. Komunitas ini didirikan pada tanggal 5 April 2020 oleh Sohaji dan pemuda Plawangan lainnya.

Komunitas Lentera Kisik Plawangan awalnya terbentuk karena keresahan terhadap anak-anak dan remaja yang semakin hari sangat gemar bermain gawai dan kurang peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya khusunya lingkungan laut yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Berawal dari hal tersebut, komunitas Letera Kisik terbentuk dan mendirikan sebuah omah (rumah) petak dengan tujuan agar anak-anak, remaja, dan para pemuda mempuyai wadah untuk berekreasi, edukasi, dan menuangkan ide-ide kreatifnya melalui rumah baca. Selain itu, juga untuk melindungi dan merawat lahan di area sekitar laut agar terhindar dari sampah yang dibuang oleh masyarakat secara sembarangan.

Kegiatan komunitas Letera Kisik, Plawangan. / Foto: Akun Istagram lentera_kisik

Lentera Kisik sendiri memiliki arti cahaya atau penerang ditepi pantai. Selaras dengan nama tersebut diharapkan Lentera Kisik dapat menjadi penerang bagi generasi muda disekitar laut Plawangan agar memiliki wadah sebagai sumber edukasi untuk menjaga lingkungannya.

Rumah baca Lentera Kisik seluas 3×4 m ini dibangun dengan dana swadaya pemuda setempat dan bantuan beberapa warga sekitar. Bantuan tersebut berupa tenaga, material bangunan, maupun sumbangan buku. Saat ini, sudah ada 1500 lebih buku yang ada di perpustakaan kecil tersebut dengan berbagai genre, mulai dari sosial, agama, sains, fiksi dongeng dan lainnya.

Komunitas Lentera kisik Plawangan juga menyelenggarakan beberapa kegiatan untuk anak-anak sekitar wilayah tersebut. Kegiatan itu dibagi menjadi dua jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan khusus.

Kegiatan rutin ini meliputi kegiatan jumat sore dan bersih-bersih pantai setiap sore. Sedangkan, kegiatan khusus itu diantaranya adalah sinau (belajar) bareng dua minggu sekali, kegiatan perlombaan seperti puisi dan melukis. Dibeberapa waktu juga diadakan teater anak, dongeng, serta festival budaya.

Kegiatan komunitas Letera Kisik, Plawangan. / Foto: Akun Istagram lentera_kisik

Tidak hanya rumah baca, komunitas Lentera Kisik juga mendirikan sebuah kafe sederhana untuk menunjang ekonomi laut didaerah tersebut. Kafe tersebut dikenal dengan nama Kafe Kisik.

Kafe ini memiliki interior yang dominan berbahan kayu dan dihiasi lampu-lampu yang semakin menambah keestetikan kafe tersebut. Kafe Kisik menjadi tempat tongkrongan yang pas bagi anak muda di sekitar daerah Plawangan yang ingin merasakan suasana nongkrong sambil membaca buku dan menikmati hidangan yang lezat dipinggir laut.

Keberadaan kafe kisik ini memberikan peluang  lapangan pekerjaan bagi pemuda disekitar area tersebut. Selain itu, usaha kafe kisik ini dapat menambah kas komunitas yang nantinya dapat digunakan untuk sarana prasarana Lentera Kisik itu sendiri dan dapat melatih tanggung jawab anggotanya dibidang kewirausahaan.

Lentera Kisik menjadi salah satu wisata edukasi dan kuliner yang patut diacungi jempol karena memberikan ruang bagi masyarakat untuk menumbuhkan minat literasi ditengah sajian wisata laut dan kafenya.

Apa yang dilakukan Komunitas Lentera Kisik sepatutnya harus kita tiru dan apresiasi karena berkat mereka lingkungan laut di daerah Plawangan yang awalnya terlihat kumuh dan kotor dapat menjelma menjadi tempat yang nyaman, edukatif, serta memberikan ruang yang penuh kebermanfaatan.

Keberadaan Komunitas Lentera Kisik dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua agar selalu menjaga, melindungi, dan merawat lingkungan disekitar kita, khususnya lingkungan laut.***

Baca juga: Pamali: Manifestasi Etik Relasi Manusia dan Lingkungan

Editor: J. F. Sofyan

Sumber:

Tim Media Indonesia.2020. “Lentera Kisik Plawangan, Cahaya di Kampung Nelayan” https://mediaindonesia.com/humaniora/327691/lentera-kisik-plawangan-cahaya-di-kampung-nelayan.html , diakses pada 1 Mei 2022 pukul 12.00 WIB

Haryanti, Sulvia. 2021.” Manfaatkan Tanah Luang untuk Tempat Edukasi dan Rekreasi ”https://joglojateng.com/2021/07/30/manfaatkan-tanah-luang-untuk-tempat-edukasi-dan-rekreasi/ , diakses pada 1 Mei 2022 pukul 14.00 WIB

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan