Menilik Museum Bawah Laut Morotai dengan Sejarah Peninggalan Perang Dunia II

Menyelam untuk melihat terumbu karang dan keindahan biota laut memang sudah biasa. Bagaimana jika diajak menyelam untuk melihat barang-barang peninggalan perang dunia II (World War II), seperti kapal, pesawat dan mobil di bawah laut? Tentu saja bisa jika pergi menyelam di Pulau Morotai, Maluku Utara. 

Pulau Morotai sendiri merupakan salah satu gugusan pulau terluar Indonesia, berbatasan dekat dengan Filipina. Morotai sempat menjadi area kekuasaan Jepang lalu diambil alih oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat pada September 1944 dan merupakan pangkalan militer yang terbesar di Pasifik dan sangat strategis sebagai basis serangan sekutu ke beberapa negara di kawasan Asia. Jejak Jenderal Douglas MacArthur sebagai Panglima Perang saat itu, juga banyak ditemukan di Morotai.

Berbagai kendaraan tempur dibawa ke Morotai dan hancur ketika perang dunia II berlangsung dan tenggelam di perairan sekitarnya. Puluhan tahun berikutnya, puing-puing kendaraan itu menjadi salah satu destinasi menarik bagi penggemar olahraga selam atau ‘scuba diving’.

Banyak penyelam yang ingin datang untuk menjawab rasa penasaran, ingin melihat langsung barang-barang peninggalan perang dunia teronggok di dalam laut. Tersebar di beberapa titik penyelaman, penyelam disarankan untuk menghabiskan waktu kurang lebih satu minggu agar bisa menyambangi semua ‘diving spots’-nya.

Menyelami Wawama, Dive Spot Primadona Morotai

Tak ayal jika Morotai mendapatkan julukan destinasi Museum Bawah Laut karena memang menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang kini menjadi rumah besar bagi terumbu karang dan spesies laut. Meski begitu, bentuknya masih terlihat cukup baik meski sudah tenggelam berpuluh-puluh tahun dan masih bisa dibayangkan bentuknya ketika masih utuh di daratan.

Dikarenakan rongsokan kendaraan bekas perang dunia itu terletak di kedalaman sekitar 30-50 meter (tergantung pasang surut air laut), dibutuhkan penyelam yang sudah berpengalaman dengan lisensi minimal ‘Advance’ dan jam penyelaman yang cukup banyak. Diperlukan juga ‘buoyancy’ yang baik agar saat menyelam tidak menyentuh atau menabrak barang-barang peninggalan bersejarah itu dan juga tidak merusak karang ya.

‘Wawama Wreck WWII’ adalah ‘diving spot’ andalan dari Morotai dan menjadi favorit para penyelam dari seluruh dunia. Pastinya takjub melihat pesawat berjenis Bristol Beaufort peninggalan perang dengan rentang sayap kurang lebih 20 meter, ada rasa takjub namun juga mendebarkan. Agak sedikit mengerikan jika menyelam sambil melihat barang-barang itu dan membayangkan apa yang terjadi saat perang. 

Para penyelam tak boleh terlena terlalu lama dan harus menaati aturan ‘bottom time’ yang sudah diberitahu oleh dive guide. Selain pesawat, terdapat juga truk dan jeep yang tidak jauh dari titik pesawat. Lalu masih ada beberapa puing-puing peluru dan barang lain tersebar di antara pasir dan karang.

Jika hari sedang cerah dan visibility sangat baik, penyelam bisa melihat cahaya matahari tembus hingga kedalaman 40-50 meter, menyinari barang-barang peninggalan perang itu. Para penyelam bisa mengamati dengan seksama pesawat yang masih terlihat jelas jelas bagian badan, ekor, kemudi dan sayap. Sedangkan jeepnya masih tersisa badan, kemudi dan bannya. 

Saking jernihnya, kadang penyelam bisa merasa sedang tidak menyelam di dalam air. Disarankan untuk menyelam di pagi hari agar mendapatkan panorama terbaik dan tidak berarus.

Di Wawama, para penyelam akan masuk ke laut dengan sistem ‘shore entry’ atau dari bibir pantai. Dari awal penyelaman di spot ini, penyelam akan disuguhkan pemandangan terumbu karang yang bervariasi dan berwarna warni dengan berbagai  jenis ikan karang. Suhu laut yang hangat sekitar 26-28 derajat celcius membuat terumbu karang di perairan Morotai ini tergolong sehat. 

Oleh karena itu, saat menyelam di Wawama, para penyelam bisa mendapatkan paket komplit, bisa melihat barang peninggalan perang sekaligus terumbu karang yang beragam bentuk dan warna. Penyelaman yang biasanya berlangsung 40-50 menit terasa sangat cepat karena banyak sekali yang bisa dinikmati di bawah sana.

Selain Wawama, sebenarnya masih ada beberapa spot lagi untuk melihat peninggalan perang dunia II yakni Totodoku, Mira, Buho-Buho dan Dodola. Secara keseluruhan ada 30 diving spots yang terdapat di Morotai namun bisa saja lebih jika dieksplorasi lagi lebih jauh.

Musim terbaik untuk menyelam di Morotai biasanya di bulan Maret sampai September namun bukan berarti di bulan bulan lain akan buruk, namun karena musim angin besar bisa sangat mempengaruhi kualitas penyelaman, disarankan untuk datang di musim terbaiknya.

Para penyelam juga selalu diharapkan mematuhi kode etik saat penyelaman, menjaga laut dan seisinya dengan tidak merusak atau mengambil apapun ya. Mari menjadi penyelam yang bertanggung jawab karena memelihara kelestarian ekosistem bawah laut adalah urusan kita semua ya kan?

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan