Imlek dan Sup Sirip Hiu, Masihkah Relevan?

Pakar kuliner dan budaya dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Bromokusumo mengatakan, pada momen-momen tertentu di kalangan masyarakat Tionghoa seperti pernikahan atau perayaan tahun baru, sup sirip hiu memang menjadi hidangan spesial

Namun masalahnya keberadaan populasi hiu semakin terancam akibat keadaan ini dan menjadi perhatian global hingga saat ini. Namun ada kesalahpahaman umum bahwa daging hiu merupakan komoditas utama Asia, akan tetapi menurut laporan Greenpeace – Protect The Oceans tahun 2022 diketahui bahwa Spanyol adalah pengekspor utama dunia, dengan Italia sebagai pengimpor teratas dan UE bertanggung jawab atas lebih dari seperlima perdagangan global daging hiu.

Komoditas utama yang berasal dari ikan hiu adalah daging dan sirip. Namun, minyak hati ikan hiu digunakan untuk mendapatkan squalene, bahan umum dalam kosmetik dan obat-obatan, dan kondroitin diekstraksi dari tulang rawan ikan hiu untuk membuat suplemen kesehatan. Sirip hiu masih merupakan produk hiu yang paling berharga dan paling terkenal, yaitu sup sirip hiu yang menjadi makanan lezat di banyak belahan dunia. Sebagaimana dicatat, pasar daging hiu tumbuh secara tidak sengaja, dengan larangan membuang sirip hiu ke laut menciptakan kebutuhan untuk menjual bangkai hiu yang dibawa ke darat. Sekarang, pasar daging hiu sedang booming, terlepas dari dampaknya terhadap spesies hiu yang terancam punah (Laporan Greenpeace – Protect The Oceans tahun 2022).

Asal-usul Sup Sirip Hiu Jadi Hidangan Imlek

Aji Bromokusumo mengisahkan pada zaman dinasti Zhou, Song, dan Ming, di Cina, kaum dari kalangan menengah ke atas ingin menunjukkan kemampuan finansial atau kemakmurannya dengan menyajikan makanan super mahal pada perayaan tertentu, termasuk Imlek, sebagaimana dikutip dari Suara.com.

Selain itu, sda juga filosofi budaya Tionghoa kuno, dimana mereka percaya bahwa ada 8 hal yang mewakili kemakmuran, panjang umur, dan keemasan termasuk sirip ikan hiu.

Sirip Hiu kaya Akan Kolagen, tapi Makanan Lain Juga Banyak

Menurut Aji, ada kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa sirip ikan hiu memiliki berbagai manfaat kesehatan mulai dari meningkatkan kesehatan kulit, meningkatkan gairah seksual, menambah energi, mencegah penyakit jantung, hingga menurunkan kolesterol.

Padahal, kata Aji, khasiat tersebut mungkin terjadi, karena kandungan kolagen dalam sirip ikan hiu yang sebenarnya kolagen juga terdapat di pilihan makanan lain seperti ceker ayam dan cingur.

Pakar kuliner William Wongso berpendapat bahwa terdapat menu alternatif lain yang bisa digunakan untuk mengganti menu sirip ikan hiu. Menurutnya hidangan khas Imlek haruslah mewakili tiga hal, yakni bisa berjalan di darat, terbang di udara, dan berenang di air. Menyajikan tiga hal di atas sebagai rasa syukur supaya usaha lancar. Bisa diwakili dengan bebek atau ayam, daging babi, dan ikan. Jadi nggak perlu sirip hiu.

Bijak Menentukan Pilihan Ditengah Fakta Mengkhawatirkan Bagi Populasi Hiu

Populasi hiu yang terus menurun dari tahun ke tahun, laporan-laporan yang diterbitkan Greenpeace juga mengungkap adanya praktik penangkapan hiu dan pari pada kapal-kapal penangkap ikan jarak jauh.

hiu portugal atlantik
Salah satu pendaratan hiu yang diselidiki oleh Greenpeace di Vigo, Galicia, Spanyol. Hiu ini diperkirakan berukuran antara 50-70 sentimeter, menjadikannya masih remaja. Hiu biru jantan dewasa berukuran 180cm dan betina dewasa berukuran 200-220cm.

Dalam laporan berjudul “Choppy Waters – Forced Labour and Illegal Fishing in Taiwan’s Distant Water Fisheries”, Greenpeace Asia Timur mengunjungi salah satu pelabuhan yang paling sering digunakan oleh armada penangkap ikan Taiwan dan melakukan wawancara dengan ABK migran yang berasal dari Indonesia. 

“Kami hanya mengambil sirip hiu, dan membuang bagian tubuh lainnya. Bulan lalu, saya menjemur sirip di bawah terik matahari.”

Selain itu, seorang kru kapal ikan Long Xing 635 dalam laporan Greenpeace Asia Tenggara dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) berjudul “Forced Labour at Sea: The Case of Indonesian Migrant Fisher” juga mengungkapkan hal serupa,

“Karena tujuan mereka kan ikan tuna, tetapi untuk hiu sangat sering sekali kita dapatkan. Kalau hiu itu diambil siripnya, kalau lumba-lumba diambil giginya doang, lalu dilepas juga. Kalau paus, dia ngambil gigi sama otaknya. Setelah itu dibuang kembali”. 

Greenpeace mengungkap, 200 ribu hiu setiap tahunnya terjerat oleh kapal penangkap ikan jarak jauh, untuk kemudian diambil siripnya. Ini dilakukan karena besarnya permintaan global terhadap sirip hiu.

Kebiasaan dalam konsumsi bisa menjadi salah satu penyebab dan pendorong eksploitasi hiu di lautan terus terjadi dan meningkat. Jadi apakah masih relevan sup sirip hiu menjadi hidangan Imlek?***

Baca juga: Hiu, Sang Penyeimbang Ekosistem Laut yang Kerap Terjaring Kapal

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan