Kehidupan Paus Biru dalam Ekosistem Pelagis

paus biru

Ekosistem pelagis biasanya disebut sebagai ekosistem laut terbuka, terdiri dari hampir seluruh samudra di luar wilayah pantai. Kata pelagis berasal dari kata pelagos yang berarti laut lepas. Wilayah ini murni terdiri dari air asin, kontras dengan perairan pantai atau pesisir dekat pantai, seperti di muara atau di landas kontinen.

Ekosistem pelagis meliputi perairan yang jauh dari daratan dan secara umum masuk perairan dingin namun masih dipengaruhi oleh pencampuran arus hangat dan arus dingin. Meskipun arus hangat mengalir melalui zona pelagis, namun air pada zona ini umumnya dingin dengan suhu rata-rata pada zona yang paling hangat yaitu zona epipelagik adalah 17 °C.

Ekosistem ini merupakan rumah bagi banyak mamalia, salah satunya adalah paus biru yang merupakan mamalia terbesar di dunia. Paus Biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang masuk kedalam subordo paus balin. Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan memiliki massa 181 ton metrik atau lebih. Mamalia ini dipercaya sebagai hewan terbesar yang pernah ada.

paus biru
Pygmy blue whale migrasi dari Selatan Australia ke Indonesia. / Foto: Brooke Pyke / Greenpeace

Paus biru memiliki tubuh yang dapat bervariasi keteduhan kelabu kebiruannya, kepala yang besar dan lebar, mencapai seperempat panjang tubuhnya dengan moncong berbentuk U serta pangkal ekor yang sangat tebal. Ada sedikitnya tiga perbedaan subspesies: B. m. musculus Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, Samudra selatan dan B. m. brevicauda (juga dikenal sebagai Paus Biru Kerdil) ditemukan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Selatan. B. m. indica ditemukan di Samudra Hindia, mungkin menjadi subspesies lain.

Paus biru dapat memakan lebih dari 6 ton krustacea kecil (sejenis ikan kecil) yang menjadi mayoritas makanannya. Mereka mencari makan pada musim panas atau dekat perairan kutub. Cara bertahan hidup dengan berkelompok untuk mencari makanan (Suheriyanto, 2018).

Paus biru sangat berlimpah di hampir seluruh samudra hingga memasuki abad 20. Selama lebih dari 40 tahun paus-paus tersebut diburu sampai mendekati kepunahan dengan adanya perburuan paus hingga dilindungi oleh komunitas internasional pada tahun 1966.

Sebuah laporan tahun 2002 memperkirakan ada 5.000 sampai 12.000 Paus Biru di seluruh dunia yang lokasinya terbagi dalam sedikitnya lima kelompok. Kebanyakan riset saat ini memberi perhatian terhadap subspesies Paus biru kerdil yang mungkin dibawah perkiraan.

Sebelum perburuan paus, populasi terbesar berada di Antartika. dengan jumlah diperkirakan 239.000 (mencapai 202.000 hingga 311.000). Sisanya yang hanya sebagian kecil (sekitar 2.000) mengkonsentrasikan di setiap kelompok Pasifik timur laut, Antartika, dan Samudra Hindia. Ada dua lebih kelompok Atlantik utara dan sedikitnya dua di Belahan Selatan.

paus biru
Ekor paus biru di permukaan laut. / Foto: Greenpeace / Daniel Beltra

Persebaran paus biru di Indonesia hampir mencakup seluruh wilayah perairan yaitu wilayah Jawa, Maluku, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatra dan Sulawesi.

Populasi Paus Biru lama kelamaan mulai berkurang, salah satu penyebabnya adalah kematian paus biru yang disebabkan oleh ketidak teraturan lalu lintas kapal atau bisa disebabkan oleh yang lain.

Selama lebih dari 10 sampai 20 tahun terakhir. Ikan paus biru terdaftar sebagai spesies terancam punah di daftar merah IUCN (llangakoon, 2012).

Akibat dari kondisi tersebut sungguh memprihatinkan. bukan hanya bagi spesies itu sendiri, melainkan juga bagi lingkungan secara keseluruhan. Ketika jumlah spesies semakin menipis dan terancam punah, akan selalu ada gangguan besar dalam keseimbangan ekosistem manapun.***

Baca juga: Mamalia Laut Kembali Ditemukan Terdampar Mengenaskan, Amankah Laut Indonesia?

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan