Mamalia Laut Kembali Ditemukan Terdampar Mengenaskan, Amankah Laut Indonesia?

Laut Indonesia adalah rumah bagi mamalia laut. Di sini mereka memiliki tempat hidup, mencari makan, berkembang biak dan sekaligus jalur migrasinya. Dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 35 jenisnya ada di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, tepatnya hari Selasa, 22 Maret 2022, seekor dugong dengan panjang tubuh tiga meter dan bobot berat ±500 kilogram, ditemukan terdampar mati di pantai Desa Juanga, Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara.

Dua hari kemudian, 24 Maret 2022 ditemukan dugong dengan ukuran tubuh lebih kecil, sekira 1,5 meter terdampar di pantai yang sama dengan dugong pertama.

Dilansir dari Mongabay, dugong kedua itu berjenis kelamin betina. Bangkainya ditemukan dalam kondisi mulai membusuk dengan ciri-ciri kulit terkelupas pada bagian sirip dada. Tidak terdapat luka terbuka pada bagian luar tubuh dugong, namun terdapat cairan mirip darah yang keluar melalui celah lubang napas.

Di lokasi terpisah yaitu di perairan Desa Hapo, Kecamatan Morotai Jaya, Kabupaten Pulau Morotai, ditemukan bangkai paus pilot (Globichepala macrorhynchus) terdampar pada Kamis (24 Maret 2022).

Berdasarkan laporan Sadam M Nur, warga Desa Hapo, bangkai paus mengambang di perairan berjarak 10 meter dari bibir pantai, tidak jauh dari kapal. Bangkai paus itu kemudian terdampar di pantai.

Paus tersebut memiliki panjang tubuh sekitar 2,5 meter, panjang sirip dorsal sekitar 40 cm, dan bobot sekitar 200 kilogram. Paus ditemukan dalam kondisi telah telah membusuk. Selain itu, beberapa bagian tubuhnya hilang, seperti sebagian sirip ekor dan kedua sirip dada.

Ditemukan pula adanya luka pada bagian tubuh dan ventral tubuh yang diduga merupakan bekas gigitan pemangsa namun luka tersebut belum diketahui timbul sebelum atau sesudah kematian.

mamalia laut
Gambar: Situs KKP Indonesia

Kejadian mamalia terdampar bukan lah hal yang baru namun sudah terjadi beberapa kali bahkan dengan jumlah yang banyak. Berdasarkan pencatatan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, kasus mamalia laut terdampar di Indonesia sudah terjadi sebanyak 550 kali sejak 2014 hingga 2021.

Selain kasus mamalia terdampar, dalam kurun waktu 2 tahun belakang ini juga ada beberapa berita menyedihkan dari mamalia laut di perairan Indonesia.

Pada bulan Maret 2022, ada kasus lumba-lumba mati terlilit tali pancing hingga nyaris mengiris siripnya di pantai Tanjung Setia, Lampung.

Kemudian di wilayah timur Indonesia yaitu di NTT, nelayan menemukan seekor lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) mati terdampar di pesisir Paliboo, Kelurahan Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor.

Di bulan Februari 2022, sebanyak tujuh ekor lumba-lumba mati di Kapal nelayan di Pacitan. Beberapa sumber menyatakan bahwa lumba-lumba jenis Long-beaked dolphin sengaja diburu oleh nelayan. Lebih mirisnya lagi, pada 18-19 Februari 2021, 52 paus pilot terdampar di pesisir Madura.

Pada akhir tahun 2021 juga sempat viral berita mengenai seekor Paus Baleen mati tertabrak dan terseret kapal hingga Pelabuhan Manokwari. Kapal KM Gunung Dempo diduga menabrak paus dalam perjalanannya dari Nabire, Papua ke Wasior, Papua Barat.

Meskipun kematian mamalia laut tidak terjadi setiap hari, kehilangan satu individu dari mereka merupakan sebuah kerugian tersendiri bagi manusia. Pasalnya, beragam fungsi ekologis telah diberikan oleh mamalia laut sangat banyak.

Apa Saja Peran Mamalia Laut?

Selain berperan dalam menjaga rantai makanan, Paus menyebarkan nutrisi dan mikroorganisme dari semburan napasnya. Selama paus bermigrasi untuk kawin, paus membawa serta nutrisi dan plasenta paus yang berguna sebagai sumber bahan baku untuk organisme lain. Kotoran paus mengandung zat besi dan nitrogen yang merupakan pupuk efektif untuk plankton.

Lumba-lumba bertindak sebagai bio-indikator, yang berarti jika ada perubahan dan masalah di laut seperti polusi atau penyakit yang meluas pada populasi ikan, lumba-lumba dapat mendeteksinya.

Kebiasaan lumba-lumba yang memakan ikan sakit dan ikan tua dapat menjaga ekosistem laut kita tetap sehat dan ikan yang kita makan dari laut juga terhindar dari penyakit.

Mamalia laut lain yang dapat ditemui di Indonesia yaitu dugong. Dugong makanan utamanya yaitu tumbuhan lamun. Dengan preferensi makanan tersebut, dugong berperan dalam menjaga Kesehatan ekosistem lamun. Ekosistem lamun itu sendiri merupakan ekosistem vital karena merupakan salah satu tempat ikan berpijah dan berkembang biak.

Apa yang Menyebabkan Mamalia Laut Bisa Terdampar?

Menurut peneliti Whale Stranding Indonesia (WSI), Putu Lisa Mustika mengatakan secara umum ada 11 penyebab kejadian mamalia laut terdampar, yaitu:

  • akibat terjebak di air surut,
  • penyakit,
  • predasi,
  • kebisingan,
  • aktivitas perikanan,
  • tertabrak kapal,
  • pencemaran laut seperti sampah laut dan tumpahan minyak,
  • gempa dasar laut,
  • cuaca ekstrim,
  • blooming alga, dan
  • badai matahari.

Dengan semakin banyaknya kasus mamalia laut terdampar, bisa dikatakan bahwa laut sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Selain dari segi biofisik dan kualitas air laut, kegiatan manusia dan tata ruang laut juga menjadi faktor penyebab hewan-hewan ini terdampar.

Bisa kita lihat dari banyaknya sampah plastik yang mencemari perairan kita, kejadian tumpahan minyak yang mencemari tidak sedikit luasan perairan, hilangnya ekosistem pesisir karena pembangunan yang merusak, krisis iklim dan banyaknya praktik-praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi-kondisi tersebut menciptakan habitat yang tidak aman bagi mamalia laut.

Saat terdampar di pesisir, mamalia laut akan mengalami emasiasi, dehidrasi, sun burnt dan stress pernapasan, yang akan membawa hewan tersebut ke jurang kematian.

Ilustrasi ikan paus dan ancaman sampah plastik. / Foto: Francesco Alesi / Greenpeace

Bagaimana Konservasi Mamalia Laut di Indonesia?

Tindak konservasi keanekaragaman hayati telah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati, lebih lanjut aturan ini memiliki turunan peraturan-peraturan yang mengatur spesies hewan dan tumbuhan yang dilindungi yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang menetapkan Balaenoptera musculus (Paus Biru), Balaenoptera physalus (Paus Bersirip), Megaptera novaeangliae (Paus Bongkok) dan Cetacea sebagai spesies paus yang dilindungi di Indonesia.

Kemudian pada tahun 2018, KKP mengesahkan aturan terkait konservasi mamalia laut yaitu Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 79/KEPMEN-KP/2018 tentang Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022.

Dokumen RAN Konservasi Mamalia Laut meliputi strategi, kegiatan, indikator, output, lokasi, waktu, penanggung jawab, dan unit kerja terkait sebagai acuan bagi setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan instansi terkait seperti perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Instrumen-instrumen hukum konservasi mamalia laut ini masih berada di level nasional namun belum banyak tertuang pada kebijakan-kebijakan level tapak. Pemerintah daerah masih menunjukkan ketidakseriusannya dalam melindungi keanekaragaman hayati terutama mamalia laut.

Keseriusan ini seyogyanya tertuang dalam dokumen Rencana Zonasi Kawasan Pesisir, untuk menciptakan ruang laut yang aman bagi hewan laut dan manusia yang memanfaatkan ruang laut tersebut.

Apa yang Harus Kita Lakukan Supaya Keberadaan Lumba-Lumba, Paus dan Mamalia Laut Lainnya Tetap Lestari?

Masyarakat harus berani dalam menyuarakan perlindungan ekosistem laut dan konservasi mamalia laut dan mengikuti kajian/webinar mengenai mamalia laut.

Masyarakat juga harus mendukung penuh kegiatan konservasi mamalia laut, menjadi wisatawan yang peka dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dapat mengikuti pelatihan penanganan hewan laut terdampar dan menjadi first responder yang handal agar nyawa hewan-hewan terdampar dapat terselamatkan.

LSM konservasi perlu memberikan dampingan dan transfer ilmu bagaimana melindungi mamalia laut yang telah menjaga ekosistem laut kita. Memberikan kesadartahuan bahwa banyak jenis mamalia laut sudah dalam status rentan hingga terancam punah sehingga diperlukan upaya konservasi.

Akademisi dan peneliti seluruh Indonesia juga dapat berkontribusi dengan melakukan penelitian untuk melengkapi data dan informasi mengenai mamalia laut di Indonesia demi menunjang keberhasilan RAN yang telah disusun.

Pemerintah harus menyampaikan laporan hasil kinerja konservasi mamalia laut berdasarkan Kepmen 79/2018 pada seluruh masyarakat Indonesia dan memperbaharui RAN konservasi mamalia laut untuk 5 tahun yang akan datang.

Tim media dan pers juga dapat turut serta berkontribusi dalam melakukan peliputan dari peristiwa kejadian hingga memberikan kabar terbaru terkait konservasi mamalia laut.

“Keberhasilan menjaga ekosistem laut kita tetap sehat dan lestari tidak bisa hanya dilakukan oleh segelintir orang, namun merupakan buah hasil kinerja kita bersama”***

Baca juga: Blue Dragon, Bidadari Cantik yang Mematikan

Editor: J. F. Sofyan

Sumber: education.seattlepi.com, mongabay.co.id, daerah.sindonews.com, regional.kompas.com, timesindonesia.co.id, cnnindonesia.com, kompas.tv

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan