Mamalia Terdampar: Apa yang Harus Dilakukan?

Apa kamu pernah melihat berita di televisi atau pun di artikel yang menginformasikan tentang mamalia terdampar? Kalau itu adalah kamu, apa yang akan kamu lakukan saat berada di tempat kejadian?

Bagi sebagian besar orang awam mungkin menganggap fenomena dari mamalia seperti paus dan lumba-lumba yang terdampar merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Namun, pemikiran tersebut sangat jelas tidak boleh dibenarkan.

Pasalnya sebagai negara dengan perairan laut yang sering menjadi jalur imigrasi aktif dengan jumlah mamalia laut yang banyak terdampar, menandakan bahwa ada yang salah dengan pengelolaan laut di Indonesia.

Apa Saja yang Menyebabkan Mamalia Laut Terdampar?

Source: CNN Indonesia

1.Gangguan Sistem Navigasi

Mamalia laut memiliki sistem navigasi yang bisa mendeteksi seperti gelombang sonar. Baik itu untuk mencari jalur imigrasi, mencari makanan, bermain, dan bahkan untuk berkembang biak.

Gangguan bisa terjadi ketika manusia menurunkan alat berupa sonar untuk mencari ikan, gempa bumi, badai, bahkan sonar yang digunakan oleh angkatan laut pun bisa memicu perilaku mamalia yang tiba-tiba saja menjadi berubah.

Hal tersebut akan merusak sistem pengelolaan gas yang ada di dalam tubuh jug akan menganggu kemampuan untuk timbul serta  menyelam ke permukaan laut.

2. Meningkatnya Produktivitas Perairan

Produktivitas perairan juga turut mengambil andil dalam perubahan sifat mamalia laut. Misalnya ketika terjadi upwelling atau naiknya massa air yang sebelumnya berada di bawah ke atas permukaan, sehingga terjadi pergantian stratifikasi suhu.

Hal tersebut membuat mamalia laut yang sedang berburu mangsa, bisa mengejar hingga ke perairan yang cukup dangkal dan menyebabkannya terdampar.

3. Kelelahan

Mamalia juga bisa kelelahan, terlebih lagi setelah berhadapan dengan badai yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi.

4. Patologis Internal

Alasan yang terakhir merupakan yang paling sering terjadi di zaman sekarang, di mana karena terdapat jenis parasit di dalam organ syaraf mamalia. Hal itu karena si mamalia laut memakan atau bahkan tidak sengaja menelan benda-benda seperti plastik.

Bisa saja karena mereka yang tidak mendapatkan makanan atau karena jumlah sampah yang ada di lautan sudah semakin meningkat.

Source: Nasional.tempo.co

Penanganan Mamalia Laut yang Terdampar

Jika mamalia laut masih hidup menurut KKP, jika mamalia yang terdampar masih terlihat dalam keadaannnya yang hidup serta memiliki ukuran yang relatif kecil seperti lumba-lumba, maka bisa didekati namun hindari untuk memegang daerah mulut dan ekornya.

Lindungi area blowhole (lubang nafas) dan mata dari air, pasir serta benda asing yang lainnya. Jangan lupa untuk mengukur serta mengidentifikasi jenis mamalia tersebut untuk dimasukkan ke dalam catatan.

Jika mamalia tersebut terdampar di daerah pantai berpasir, maka kamu bisa menggali semacam lubang dan mengisinya dengan air. Jika mamalia tersebut terdampar di daerah pantai berbatu, maka kamu harus menggunakan matras sebagai alas sehingga hewan tersebut tidak mengalami gangguan pernafasan.

Source: Medtop.co.id

Pastikan lubang nafas serta sirip punggung memang berada di atas dan gunakan handuk/kain yang basah untuk menutupi badan mamalia laut itu. Lindungi mereka dari sinar cahaya dan angin secara langsung untuk menghindari dehidrasi. Jangan lupa untuk mengendalikan massa disekitar untuk meminimalisir stres pada mamalia tersebut.

Catatan untuk kondisi mamalia yang sehat serta cuaca yang bagus, maka bisa dilakukan proses pengembalian ke laut dengan menggunakan tandu sesuai ukurannya. Saat berada di kedalaman air yang dirasa sesuai, maka mamalia sudah bisa dilepaskan dengan cara perlahan mendorongnya menuju laut lepas.

Jika mamalia laut sudah mati sat kamu menemui mamalia laut terdampar yang telah mati, maka terdapat tiga pilihan untuk penanganannya yaitu dikubur, dibakar dan di tenggelamkan. Jangan lupa untuk mengukur serta mengidentifikasi jenis mamalia tersebut untuk dimasukkan ke dalam catatan.

Jika mamalia tersebut dikubur, maka perlu diperhatikan posisinya agar berada di atas garis pasang surut, sehingga nantinya tidak akan terendam oleh air laut ketika perairan sedang pasang.

Jika mamalia tersebut ditenggelamkan, bangkainya harus di dibungkus terlebih dahulu menggunakan jaring serta diberi pemberat. Bangkai mamalia tersebut kemudian akan ditarik menuju tengah laut, setelah itu bagian perutnya akan dikempiskan dengan cara ditusuk sehingga bangkai akan mudah tenggelam.

Saat menemukan mamalia laut yang terdampar dan sudah mati, sebenarnya hal itu menjadi sebuah peringatan untuk para manusia. Sehingga perlu untuk saling bekerja sama untuk meminimalisir kejadian sama tidak akan terulang kembali. Hal tersebut tentunya juga bisa mencegah proses penurunan populasi dari mamalia yang kian tahun sudah semakin berkurang.

Semoga tulisan ini bisa sedikit memberikan wawasan untuk para pembaca sekalian ya! Salam laut sehat!

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan