Perang Melawan Perubahan Iklim? Padang Lamun Salah Satu Solusinya!

Tahukah kamu kalau 20 persen dari 25 perikanan terbesar di dunia didukung oleh ekosistem lamun. Hal ini disebabkan oleh satu hektar lamun yang dapat mendukung ribuan ikan dan jutaan invertebrata. Sayangnya, tujuh persen habitat lamun diperkirakan hilang setiap tahun dan sedikitnya 22 dari 72 spesies lamun di dunia mengalami penurunan.

Pembangunan pesisir, limpasan industri dan pertanian, pengerukan, penangkapan ikan yang tidak diatur, dan perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi padang lamun. Padahal, padang lamun berfungsi sebagai penyerap karbon luar biasa yang menyimpan hingga 18 persen dari semua karbon yang diserap oleh laut.

Meski belum dikenal publik, lamun memiliki banyak manfaat. Selain menjadi indikator air laut jernih, padang lamun berperan penting dalam menstabilkan sedimen di dasar perairan, melindungi pantai dari ombak dan arus, menghasilkan bahan-bahan organik, menjadi habitat bagi beragam satwa laut. 

Tidak hanya itu lamun juga memberikan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir yang biasa mempergunakan untuk dianyam menjadi keranjang, dibakar untuk menghasilkan garam dan soda, digunakan sebagai bahan pengisi kasur dan atap rumbia, sampai pengganti benang dan cerutu . 

Padang Lamun di Indonesia

Bersama tanaman bakau (mangrove), padang lamun memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bagian dari mitigasi dampak perubahan iklim. Sama seperti bakau, lamun juga memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida (CO2). 

Peneliti Laboratorium Biogeokimia Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa padang lamun seluas 293.464 hektar yang ada di Indonesia saat ini mampu menyerap CO2 sampai 1,9-5,8 mega ton (Mt) karbon per tahun.

Mengingat angka potensi yang besar tersebut, vegetasi pesisir menjadi sangat penting untuk mengendalikan karbon karena daya serapnya bisa 77 persen lebih banyak dibandingkan dengan vegetasi darat seperti hutan. 

Oleh karena itu, untuk dapat menyerap karbon sebanyak mungkin, kemampuan vegetasi darat dan laut harus tetap dipertahankan, termasuk lamun dan bakau sebagai vegetasi pesisir  yang berkontribusi sebanyak 50 persen dalam penimbunan karbon di sedimen. Meski begitu, potensi padang lamun di Indonesia masih belum bisa dikelola dengan baik. Terbukti dengan masih rendahnya riset terkait padang lamun di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman lamun tertinggi di dunia karena 16 dari 22 spesies lamun di dunia ada di Indonesia. Sayangnya, secara umum, kondisi padang lamun di Indonesia saat ini berstatus moderat atau kurang sehat. Populasi lamun di Indonesia bagian timur menunjukkan kondisi yang baik dengan tutupan lamun sekitar 60 persen, sedangkan populasi lamun di wilayah Indonesia bagian barat menunjukkan kondisi buruk dengan tutupan sebesar 29,9 persen.

Sayangnya, Kawasan Perlindungan Laut di Indonesia belum merancang program yang memprediksi ancaman bagi ekosistem padang lamun. Padahal, luasan padang lamun di Indonesia sudah menurun dari 61 persen menjadi 55 persen pada 2017.

Pemulihan Padang Lamun di Inggris

Inggris merupakan salah satu negara yang sudah mulai memberdayakan lamun untuk melawan perubahan iklim. Sebelumnya, lamun dapat ditemukan di sekitar pantai Inggris. Namun, populasi ganggang yang meningkat polusi, kerusakan jangkar, dan pembangunan pelabuhan telah menurunkan populasi lamun hingga 90 persen.

Kemampuan padang lamun dalam menyimpan karbon 35 kali lebih cepat dari hutan hujan tropis dan mampu melindungi kehidupan laut hingga 40 kali lipat dari dasar laut tanpa rumput. Meski hanya mencakup 0,2 persen dari lautan, lamun mampu memberikan sekitar 10 persen dari penyimpanan karbonnya untuk kehidupan laut.

Inilah fakta-fakta yang mendorong Richard Unsworth di Swansea University untuk memimpin ahli biologi pada proyek yang didukung WWF dan Sky Ocean Rescue, senilai 400 ribu poundsterling dalam mengatasi krisis iklim dengan solusi berbasis alam. Dalam proyek ini, benih-benih lamun dikumpulkan dan ditanam kembali di semenanjung Llŷn, Wales Utara, dan di Pantai Dorset, Devon, serta Cornwall. Hasilnya, pemulihan 20.000 meter persegi lamun di Dale Bay dapat mendukung kehidupan sotong, pipefish, kuda laut, dan 200 juta invertebrata seperti anemon ular, ubur-ubur, dan siput.

Sementara itu, hasil riset di seluruh dunia menunjukkan bahwa padang lamun berperan penting dalam berbagai layanan ekosistem, seperti tempat budidaya ikan, penyaring material tersuspensi pada air laut, sumber makanan mamalia laut dugong, dan layanan karbon biru untuk mitigasi perubahan iklim. Istilah karbon biru (blue carbon) digunakan untuk karbon yang diserap, disimpan, dan dilepaskan kembali oleh ekosistem vegetasi laut, salah satunya padang lamun.

Target Penurunan Emisi di Indonesia

Indonesia sendiri telah menargetkan 29 persen penurunan emisi karbon sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK) sampai 2030. Target ini salah satunya ditentukan oleh neraca (cadangan dan serapan) karbon ekosistem vegetasi pesisir, termasuk padang lamun. Langkah awal yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah riset mengenai neraca karbon ekosistem pesisir. 

Sayangnya, berbagai panduan dan metode riset yang sudah dilakukan umumnya menitikberatkan sampling lapangan dan analisis laboratorium yang canggih, sementara masih banyak peneliti di Indonesia  yang belum mendapatkan kesempatan melakukan riset karbon biru dengan sarana yang memadai. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan sistem penelitian dan pengembangan terkait padang lamun di Indonesia.

Selain itu, kita sebagai masyarakat tentu bisa berkontribusi dalam menjaga kelestarian laut, termasuk lamun, agar tidak mengalami kerusakan dan bisa tetap berkontribusi dalam memberikan layanan ekosistem terbaik, salah satunya melawan perubahan iklim.***

Baca juga: Lamun Melamun: Hiraukan Aku Kini, Bersedihlah Kemudian

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan