“Think Globally and Act Locally”, Berpikir Jauh dan Luas Namun Bertindaklah Dimulai dari yang Terdekat

Indonesia adalah negara yang tiga per empat dari wilayahnya berupa lautan, memiliki keberagaman flora dan fauna laut.  Terdapat fauna endemik dan terancam punah diantaranya Hiu Tutul (Rhincodon typus), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Pari Manta (Mobula birostris) dan masih banyak lagi lainnya. Namun sayangnya keanekaragaman hayati yang Indonesia miliki berbanding terbalik dengan keadaannya.

Banyak faktor yang membuat laut Indonesia tidak baik-baik saja, diantaranya penangkapan ikan secara besar-besaran, penggunaan bom ikan yang berakibat merusak ekosistem laut, tambang pasir, sampah yang berserakan, pencemaran limbah, dan masih  banyak hal lainnya.

Sementara itu setidaknya ada 3 indikator yang mengindikasikan laut yang sehat yaitu, memiliki hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Sementara itu di laut tempat di mana aku melakukan transplantasi karang, memiliki ciri-ciri tersebut, yaitu di Pulau Punagaan Sulawesi Selatan.

Dibawah mentari yang bersinar terik, kami mulai melakukan penyebrangan ke Pulau Punagaan, angin sepoi menemani sepanjang perjalanan kami di kapal, menambah syahdu perjalanan ini.

Suara deburan ombak dan desiran pantai putih seoalah menyapa kami dengan hangat. Alasan kami memilih Pulau Punagaan karena disana adalah salah satu lokasi transplantasi karang.

Transplantasi karang merupakan upaya merehabilitasi karang yang semakin terdegradasi, melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat  yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat baru.

Manfaat dari transplantasi karang adalah mempercepat regenerasi karang yang telah rusak atau untuk membangun daerah karang yang sebelumnya tidak ada.

Kami sadar hal yang kami lakukan tidak berdampak banyak terhadap perubahan iklim, tetapi kami berusaha untuk memberikan hal yang kami bisa lakukan secara langsung dan memberikan contoh.

Besar harapanku agar banyak individu  atau kelompok masyarakat lain tegerak hatinya untuk menjaga kelestarin lingkungan sesuai kemampuan dan dengan versi terbaiknya.

Untuk kegiatan transplantasi karang sendiri, kami bekerja sama dengan pihak dari Pulau Selayar. Jenis karang yang kami tanam adalah Acropora, Acropora adalah jenis karang yang merupakan tipe karangnya bercabang.

Karang Acropora sendiri merupakan rumah dan tempat persembunyian berbagai jenis ikan dan kepiting untuk berlindung dari predatornya. Semoga hasil karang yang kami transplantasikan berhasil tumbuh dengan baik, dan juga dapat memperbaiki kondisi karang yang ada di lokasi tersebut.

Sangat disayangkan apabila keanekaragaman hayati kita harus punah, generasi berikutnya hanya bisa melihat dari gambar foto atau membaca dari buku dan media internet.

Sampah plastik itu adalah musuh terbesar di lautan, yang sebenarnya bisa dicegah dengan cara bijak terhadap penggunaan plastik sekali pakai. Sebenarnya ini adalah hal yang mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang.

Gugusan pulau dan lautan yang indah, dengan aneka flora fauna didalamnya, tanpa ada sampah berserakan dan gangguan alam lainnya yang merusak, adalah suatu hal yang sangat kita idamkan bersama, demi keberlangsungan dan keseimbangan alam.

Kita dapat memulai dari hal kecil, dan dari diri kita sendiri, lalu menularkan kepada orang lain dan menginspirasi juga untuk berbuat baik kepada alam sehingga akan menjadi dampak yang besar.

Tentunya kita sebagai manusia yang dianugerahi oleh Allah SWT akal, pikiran, dan juga sebagai khalifah di bumi ini harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelestarian alam ini, guna keberlangsungan dan keseimbangan bagi semua makhluk hidup yang ada, sesuai pula dengan ungkapan “Think Globally and act locally”, berfikir jauh dan secara luas namun bertindaklah dimulai dari yang terdekat dahulu.

Ayo jaga laut kita, kalau bukan kita siapa lagi?? kalau bukan sekarang kapan lagi??***

Baca juga: Peran Hutan Mangrove sebagai Penyimpan Karbon Biru di Kepulauan Riau

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan