Restorasi Kerang Hijau untuk Memulihkan Ekosistem Perairan Ancol

Bertepatan dengan peringatan hari laut sedunia pada 8 juni 2023, Teens Go Green bersama Sea World Ancol mengadakan Amazing Earth Race (AER). Kegiatan ini di inisiasi untuk pemuda dengan tujuan meningkatkan kepekaan terhadap permasalahan lingkungan.

Bersama Sea World Ancol, peserta AER diajarkan bagaimana cara dalam restorasi kerang hijau diperairan Ancol. Terkenal sebagai tempat wisata bahari,perairan Ancol Jakarta Utara menghadapi masalah pada warna air laut yang keruh.

Tiada kehidupan biota perairan laut dangkal dan dasar laut berupa lumpur. Wilayah perairan yang merupakan cekungan membuat sedimentasi terpusat dan memiliki dasar berupa lumpur sedalam 2,5 m. Maka pihak Sea World Ancol mengadakan kegiatan restorasi kerang hijau yang dimulai sejak tahun 2018.

Tim restorasi dilengkapi dengan peralatan dan pihak-pihak yang berkompeten.Selain itu, tim restorasi kerang hijau ini juga sangat terbuka akan uluran bantuan dari akademisi dan volunteer pada proses restorasi kerang Hijau.

Restorasi Kerang Hijau menjadi penting dilakukan mengingat biota laut berkelas Bivalvia atau kerang-kerangan memiliki kemampuan filterisasi. Jadi dasar laut yang bersubstrat lumpur dapat dijernihkan airnya.

Cara kerja dari kerang hijau ialah menyerap seluruh partikel yang ada untuk mencari makanan. Kemudian lumpur yang terserap saat mencari makan akan dikeluarkan sebagai ekskresi. Dari proses inilah lumpur dapat menjadi lebih padat dan keras sehingga tidak mudah terabrasi oleh arus dan gelombang.

Lumpur yang lebih padat akan mengurangi partikel terlarut dalam air sehingga tingkat kejernihan meningkat. Maka diperlukan kerang hijau dalam jumlah yang sangat banyak sebagai penyaring alami partikel yang terlarut diperairan.

Untuk perairan ancol diperkirakan > 500.000 ton kerang hijau hidup untuk dapat memulihkan kondisi perairan dan memungkinkan adanya ekosistem perairan dangkal baik itu biota pelagis, bentik, terumbu karang, dan lamun.

Selain meningkatkan kejernihan air laut, restorasi kerang hijau ini kemudian bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekosistem perairan Ancol. Seperti perairan di DKI Jakarta lainnnya yakni pulau harapan, pulau tidung, dan pulau lainnya yang memiliki perairan serta ekosistem yang baik. Inilah hal yang ingin diwujudkan diperairan Ancol.

Perairan yang jernih akan mudah menerima pecahayaan sinar matahari dan dasar yang tidak bersubstrat lumpur akan bisa menarik biota laut tinggal dan berkembang didalamnya. Tersedianya sumber makanan dan lingkungan yang baik akan semakin mendukung toleransi biota laut.

Restorasi kerang hijau menjadi salah satu alternatif mewujudkan perairan Ancol yang berekosistem sebagaimana layaknya perairan dangkal. Dengan Ekosistem yang terjaga tentunya akan memberikan pengaruh pada wisata bahari di Ancol.

Langkah-langkah dalam restorasi kerang hijau dilakukan sebagai berikut :

  • Membuat rumah buatan dari kawat dengan pola tertentu.Kawat dibentuk membentuk balok yang nantinya bisa ditutup.
  • Mengisi rumah buatan dengan cangkang kerang sisa konsumsi manusia.Nah selain untuk meningkatkan kejernihan dan ekosisitem laut,restorasi kerang hijau juga membantu mengurangi sampah cangkang sisa konsumsi manusia.
  • Menebarkan rumah buatan yang telah berisi cangkang dititik yang telah ditentukan.
Rumah buatan berisi cangkang kerang. / Foto: Yulia

Penggunaan cangkang kerang sebagai rumah buatan berfungsi sebagai tempat telur maupun larva kerang hijau berkembang biak agar terlindungi dari arus. Selain itu cangkang kerang dapat memberikan suasana alamiah bagi larva kerang selama masa perkembangannya.

Kemampuan alami kerang hijau dalam menyaring air sungguh luar biasa. Satu Kilogram kerang hijau mampu memfilter 10 liter air dari keruh menjadi jernih dalam waktu 1 jam.

Bayangkan berapa ton kerang hijau hidup yang dibutuhkan dalam menjernihkan perairan Ancol dan juga wilayah perairan lainnya yang memiliki kondisi seperti perairan Ancol. Itulah yang menjadi fokus restorasi kerang hijau yakni menambah populasi kerang hijau diperairan ancol.

Percobaan Kerang hijau hidup untuk filter air selama 1 jam. / Foto: Yulia

Hingga saat ini, dari hasil monitoring dan evalusi tim restorasi kerang hijau, kegiatan restorasi kerang hijau telah memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap perairan ancol.

Dibeberapa titik telah dijumpai jenis ikan perairan dangkal yang sebelumnya tidak ada diperairan tersebut. Ditemukannya beberapa jenis ikan di gugusan kerang hijau ini menandakan bahwa kualitas perairan yang mulai membaik.

Dari adanya pertambahan populasi kerang hijau membuat ikan-ikan bermigrasi seiring tersedianya makanan dan lingkungan yang layak diperairan Ancol. Namun kegiatan restorasi ini tidak akan sempurna tanpa ada masalah menyertainya.

Restorasi dihantui oleh masalah penangkapan kerang hijau oleh nelayan nakal yang masuk tanpa izin ke perairan Ancol. Kemudian kerang hijau perairan jakarta terkenal tidak layak untuk dikonsumsi karena perairan kotor.

Perlu diketahui, kerang hijau diperairan ini memang masih dalam batas aman konsumsi tetapi penambahan populasi kerang hijau bertujuan untuk restorasi dalam peningkatan kualitas air laut dan ekosistemnya.J adi sebagai masyarakat kita bisa mendukung aksi ini dengan menjadi volunteer, memberikan dukungan baik materil, dan menerapkan konsumsi yang berkelanjutan.***

Baca juga: Manusia, Ancaman Terbesar Degradasi Biodiversitas Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan