Mimpi Laut Indonesia Bebas dari Sampah

“Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang.” -Eric Weiner. 

Keadaan sampah laut di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Tahun lalu ada lebih setengah juta ton sampah masuk ke laut, sebut Dr. Nani Hendiarti, pejabat di Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

“Hasil perhitungan sementara dari Tim Koordinasi Sekretariat Nasional Penanganan Sampah Laut, total sampah yang masuk ke laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton, di mana sekitar 12.785 ton berasal dari aktivitas di laut,” kata Beliau.

Plastik di lautan dunia diperkirakan akan lebih banyak daripada ikan pada tahun 2050.

Jika banyak sampah plastik yang bermuara di laut, bisa saja potongan plastik termakan oleh ikan laut. Plastik tidak akan bisa dicerna dan mengendap di dalam tubuh mereka. Belum lagi, kandungan kimia dari plastik yang berbahaya bagi ikan laut. Hal ini juga dapat membahayakan masyarakat yang mengonsumsi ikan tersebut. Padahal, ikan merupakan sumber protein yang paling mudah didapat.

Apa hal-hal ini sudah membuktikan betapa buruknya sampah untuk lautan Indonesia ? Kuharap kamu akan sadar apa dampaknya jika kita hanya membiarkan hal-hal ini terus terjadi.

Tetapi, coba bayangkan, jika lautan Indonesia bebas dari sampah. Bukankah akan lebih baik ? Manfaatnya bukan hanya untuk ikan beserta dengan makhluk-makhluk hidup yang hidup di dalamnya, tetapi juga manusia. Bagaimana bisa ?

Lebih dari 60 persen populasi manusia tinggal di pesisir pantai. Laut menyediakan asal mata pencaharian, rekreasi, keindahan, inovasi ilmiah, inovasi obat baru, makanan, teknologi, serta lebih banyak lagi.

Kira-kira, apakah kita bisa mewujudkannya ? Pasti bisa. Tentu kondisi ideal itu sulit tercapai karena begitu besarnya aktivitas perairan, baik di laut lepas maupun pelabuhan. Tetapi, kita bisa mulai dari hal-hal kecil bukan ?

Contoh sederhananya yaitu, membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. Jika tidak disediakan tempat untuk membuang sampah, cukup pegang atau pun kantongkan terlebih dahulu. Jika nanti menemukan tempat untuk membuangnya, barulah dibuang. Jangan membuangnya sembarangan hanya dengan alasan “Tidak ada tempat sampah disini.”

Dengan melakukan hal sederhana ini, kita sudah menyelamatkan banyak makhluk hidup yang di laut loh ! Selain itu, kita bisa memberikan edukasi dan pengertian kepada seluruh pihak mengenai pentingnya laut yang bersih. Penyediaan sarana juga dilakukan, seperti reception facility, terutama di pelabuhan-pelabuhan besar.

Pada minggu beberapa bulan yang lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti memimpin pawai monster plastik di kawasan car free day (CFD). Pawai aksi tolak plastik sekali pakai itu diikuti 1.500 orang. Pesan utama dari acara itu adalah isu sampah membutuhkan penanganan yang serius.

Untungnya, dunia tidak lagi pasif. Berita tentang sampah yang dapat mencemarkan lingkungan sudah banyak terdengar ke hampir semua orang. Dalam kondisi ini, sebuah organisasi nonprofit bernama OCG- Saving the Ocean, membantu melestarikan dan melindungi kehidupan laut dari polusi sampah.

OCG sejauh ini berhasil membersihkan lebih dari 181.436 kg plastik dari laut dan garis pantai. OCG – Saving the Ocean mulai berfungsi secara resmi sebagai organisasi bersih-bersih pantai yang berada di Bali, Indonesia, dan berharap dapat berkembang ke bagian lain di Asia Tenggara segera, dan seluruh dunia.

Kerusakan alam bukan terjadi kepada kita, tetapi karena kita. Oleh karena itu, mari kita mulai peduli dengan lingkungan sekitar khususnya perairan dengan hal-hal kecil yang sudah disebutkan tadi. Rawat lingkungan hari ini untuk kehidupan yang lebih baik lagi besok !

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan