Ghost Fishing, Apa Itu ?

ghost fishing

Ghost fishing merupakan fenomena tertangkapnya ikan dan fauna laut akibat alat tangkap terbuang di laut atau menjadi sampah di laut.

Ghost fishing, yang sering disebut the silent killers, menyebabkan terbunuhnya jutaan fauna laut. Termasuk fauna yang terancam punah seperti hiu, penyu, lumba-lumba dan paus. 

Alat tangkap yang terbuang begitu saja di laut terbawa oleh arus hingga ke lautan lepas, sehingga memperluas dan meningkatkan risiko terhadap fauna yang terjerat dan mati. 

Kematian yang ditimbulkan oleh ghost fishing ini bersifat tidak disengaja dan tidak diketahui. 

ghost fishing
Gambar: Situs KKP Indonesia

Masih banyaknya pelaku perikanan tangkap yang masih terbiasa untuk membuang alat tangkap begitu saja di laut.

Artinya penting sekali bagi kegiatan perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berupaya dalam mengurangi terjadinya fenomena ghost fishing

Sebagaimana diketahui, industri perikanan tangkap baik di Indonesia maupun di seluruh dunia menggunakan berbagai macam jenis Alat Penangkapan Ikan (API) dalam pengoperasiannya. 

ghost fishing
Ilustrasi Alat Tangkap yang sudah rusak. / Foto: Bente Stachowske / Greenpeace

Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan disesuaikan dengan ikan yang dijadikan hasil tangkapan utama. Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan di Indonesia terdistribusi secara merata, dari kalangan nelayan kecil hingga armada perikanan tangkap berkapasitas besar. 

Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia pada umumnya adalah jaring insang (gill net), trammel net, rawai (long line), pukat cincin (purse seine), cantrang (trawl) dan perangkap ikan/bubu. 

Alat-alat tangkap tersebut dalam proses pengoperasiannya dapat mengalami kerusakan ataupun kehilangan. Jaring dan senar yang menjadi bahan utama pada alat tangkap ini memiliki risiko untuk tersangkut pada terumbu karang dan terputus akibat arus yang kuat.***

Baca juga: Tarek Pukat Dalam Aspek Lingkungan Laut

Sumber: Dimas dkk (2016) dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap, Situs KKP Indonesia.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan