Sampahmu Tanggung Jawabmu!

Halo sahabat lautsehat.id 

Sampahmu, Tanggung Jawabmu!

Sebuah kalimat yang perlu kita renungkan bersama-sama, bukan cuman direnungkan, tapi perlu aksi nyata.

Salah satu hal yang dihadapi dan menjadi masalah bagi laut kita, bukan hanya sekarang, tetapi dari dulu, bahkan bisa saja selama-lamanya jika tidak ada langkah nyata yang kita ambil, apa lagi kalau bukan sampah. Selain, penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan penangkapan yang berlebih serta pemanfaatan biota laut dilindungi, sampah juga menjadi permasalahan bagi laut kita.

Bertebaran di sosial media, betapa sampah menjadi masalah serius yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan di laut. Masih ingat paus yang mati beberapa waktu lalu, ketika perutnya dibuka ternyata di dalam perut paus tersebut ditemukan banyak sampah, lain halnya dengan penyu yang memakan sampah plastik dan terlilit sampah. Itu hanya segelintir contoh betapa menakutkannya dan berbahayanya sampah.

Perlu diingat, bahwa sampah khususnya sampah plastik sebenarnya bukan musuh kita, tetapi penggunaan yang belum bertanggung jawab menjadi masalah disini. Toh, kehidupan kita tidak bakalan bisa jauh-jauh dari plastik, banyak barang dan peralatan yang kita gunakan yang terbuat dari plastik, dan kita butuh plastik.

Sampah plastik yang ditemukan saat bersih pantai di Pulau Nusi, Distrik Aimando, Kab. Biak Numfor – Papua

Berbicara mengenai sampah yang ada di laut, kita akan flashback, sumber sampah tersebut dari mana. Pastinya dari kita yang hidup di darat yang sehari-hari menggunakan dan menghasilkan sampah. Sampah rumah tangga, seperti plastik, kaca, kaleng, jaring bahkan pakaian dan popok bisa kita temukan di laut.

Sampah – sampah, bisa sampai ke laut karena dengan sengaja kita langsung buang ke luat maupun terbawa oleh aliran air sungai yang ujung-ujungnya akan sampai ke laut juga, jadi seolah-olah laut menjadi tempat sampah raksasa. Ada pula yang masih berpikir bahwa saya hanya buang sampah satu saja, tapi kalau seratus orang, seribu orang, jutaan orang bahkan semua penduduk bumi berpikir demikian, berapa banyak sampah yang akan kita temukan dimana-mana, bisa jadi bumi dijuluki sebagai planet sampah.

Jika kita benar-benar bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan, kita tidak bakalan menemukan sampah dimana-mana khususnya di laut. Padahal langkah yang kita ambil tidak terlalu berat, sebuah langkah sederhana bisa menyelamatkan lingkungan laut dari sampah, hanya membuang sampah pada tempatnya menjadi langkah awal yang bisa kita lakukan.

Selanjutnya bisa berpedoman 5R, yakni Refuse, menolak produk/aktivitas yang menghasilkan sampah; Reuse, menggunakan barang yang bisa digunakan beberapa kali; Reduce, mengurangi aktivitas yang menghasilkan sampah; Recycle, mendaur ulang sampah menjadi produk yang baru dan bermanfaat; Rot, mengolah sampah organik menjadi kompos.

Terus bagaimana dengan sampah yang sudah terlanjur berada di laut. Itu butuh aksi nyata, turun ke lapangan. Saat ini sudah banyak kampanye yang dilakukan oleh berbagai komunitas maupun instansi pemerintah untuk melakukan aksi bersih-bersih dengan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat, dimana intinya bahwa perlu dilakukan pembersihan disertai dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang sampah itu sendiri.

Aksi bersih bukan hanya di daratan, seperti di pasar ataupun pantai, tapi lebih dari itu, aksi bersih pun bisa dilakukan di dalam laut dengan menggunakan alat diving. Tapi yang lebih penting adalah kita sebagai individu harus sudah berpikir dan menerapkan untuk mengurangi plastik sekali pakai .

Aksi Bersih Pantai di Pulau Nusi, Distrik Aimando, Kab. Biak Numfor Papua

Intinya bahwa, sampahmu, tanggung jawabmu. Setiap orang bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan dengan melakukan langkah sederhana terhadap sampah yang dihasilkan. Selanjutnya penanganan terhadap sampah bukan tanggung jawab satu orang tetapi semua orang harus terlibat didalamnya.

Sampah bukan hanya menjadi masalah yang kita hadapi sebagai manusia, tetapi lebih dari itu lingkungan kita khususnya laut, menjadikan sampah sebagai masalah bagi mereka yang bisa merusak kelestarian laut. Mulai saat ini lakukan aksi nyata sehingga kita (manusia) dan alam (laut) terbebas dari masalah sampah.***

Baca juga: Zero Waste, Seni Mengontrol Potensi Sampah dan Emosi

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan