Perjalanan dari Bogor ke Pulau Gorom, Maluku Naik Apa Saja?

Perjalanan petualangan Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University sudah dimulai! Perjalanan ini merupakan pengalaman pertama bagi kami untuk melintasi dua zona waktu dengan menempuh jalur laut dengan total perjalanan selama lima hari di kapal untuk sampai ke Ambon, Maluku, ditambah dua hari lagi perjalanan laut untuk sampai ke Gorom, Maluku.

Perjalanan dimulai dari Bogor menggunakan bis menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada 22 September 2023, pukul 00.42. Sesampainya di Pelabuhan Tanjung Priok, peserta melakukan mobilisasi ke kapal Pelni “Doro Londa”.

Pelayaran kami bersama kapal Doro Londa memakan waktu lima hari,  dengan total transit sebanyak lima kali. Surabaya merupakan transit pertama kami yang juga menjadi tempat transit paling lama, yaitu selama 6 jam.

Tim Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University berkunjung ke beberapa tempat sambil menunggu transit, seperti mall, coffee shop, rumah makan rawon, dan minimarket untuk memenuhi kebutuhan di kapal.

Transit selanjutnya, kapal Doro Londa berlabuh di Makassar. Tim ekspedisi mencoba makanan khas Makassar, yaitu coto makassar yang berada di sekitar pelabuhan, dan juga mencoba pisang ape.

Ekspedisi Zooxannthellae FDC IPB
Suasana sore hari di atas kapal Doro Londo. / Foto: FDC IPB University

Bau-Bau menjadi transit ketiga kami, tidak banyak kegiatan yang kami lakukan di Bau-Bau karena transit hanya memakan waktu 2 jam. Namun, lokasi transit ini menjadi lokasi yang unik dan menarik bagi kami, karena kebiasaan dan suasana lokal yang berbeda dengan kondisi di Pulau Jawa mulai terasa, salah satunya ada logat dalam berbahasa.

Selanjutnya kami berlabuh di Namlea, transit keempat. Selama 2 jam transit di lokasi ini, kami mencoba ikan bakar seperti ikan tuna dan ikan kakatua. Ambon merupakan transit terakhir kami bersama kapal Doro Londa.

Berlayar bersama Doro Londa mengarungi laut timur adalah hal yang baru dan tidak mudah bagi kami, namun tidak sedikitpun mengurangi semangat kami.

Waktu di kapal kami habiskan dengan kegiatan harian seperti briefing harian, kuis identifikasi oleh masing-masing spesialisasinya untuk terus mengasah kemampuan identifikasi kami, membuat konten, juga mengobrol dengan penumpang lain terkait kehidupan di maluku dan budayanya.

Uniknya, terdapat bioskop dan arena bermain Play Station di dalam kapal Doro Londa yang juga membantu membunuh jenuh. Menikmati matahari tenggelam selama lima hari di kapal juga menjadi pengalaman yang sangat menarik.

Ekspedisi Zooxanthellae FDC IPB
Pemandangan matahari tenggelam dari atas kapal Doro Londo. / Foto: FDC IPB University

Setelah turun dari Doro Londa dan sampai di Ambon, pada Selasa, 26 September 2023, pukul 22.00, sop konro menjadi makanan pertama kami di Ambon dan menjadi makanan kesukaan kami setelah lima hari memakan makanan kapal.

Keesokan harinya kami mengunjungi  DKP Maluku, Moluccas Coastal Care, dan Club Selam Padis Universitas Pattimura, untuk bersilaturahmi dan mencari informasi dari orang lokal terkait kondisi lokasi penelitian kami di Gorom nanti.

Esok harinya, hari terakhir kami di Ambon, kami berkunjung ke rumah Bang Noen, salah satu anggota Club Selam Padis Universitas Pattimura. Kami dijamu dengan ikan kuning dan papeda yang juga merupakan pengalaman pertama kami menyantap makanan ini.

Kami bermalam selama 2 hari di Ambon, sebelum melanjutkan perjalanan ke Gorom dengan kapal Cantika Lestari yang hanya berlayar di hari Kamis sore.

Kapal Cantika Lestari yang mengantarkan ke Pulau Gorom, Kab. Seram Bagian Timur . / Foto: FDC IPB University

Perjalanan kami ke Gorom menggunakan kapal Cantika Lestari memakan waktu selama 2 hari 2 malam. Setelah 5 jam pertama berlayar, kami sudah menghadapi ombak yang tinggi, cukup terasa bagi kami yang baru menjelajah laut timur.

Terdapat 2 rute transit sebelum sampai ke Gorom, yaitu di Bula dan Pulau Geser, yang kami manfaatkan untuk rehat sejenak dari tingginya ombak dan membeli keperluan untuk perjalanan menuju Gorom.

Hal berkesan lain selama perjalanan ke Gorom adalah ketika kami bersama-sama mengulas kembali identifikasi ikan, karang, dan benthos di tengah kapal terbuka dengan suasana matahari terbenam di laut timur. Hingga akhirnya kami sampai di Gorom.***

Ditulis oleh: Aisya Nur Sakinah dan Qonita Sinatrya, anggota Fisheries Diving Club

Baca juga: Serial Cerita Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan